PENGERTIAN DIARE
Definisi
diare berdasarkan Seminar Rehidrasi Nasional III (1982) adalah
perubahan konsistensi berak menjadi lembek sampai cair lebih dari 3 – 5
kali per hari. Untuk bayi dan anak-anak, bila volume berak lebih dari 10
gram / kgBB / hari. Sedangkan diare secara epidemiologi biasanya
didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali
atau lebih dalam satu hari.
Secara
klinik, dibedakan tiga macam sindroma diare; yang masing-masing
mencerminkan patogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya, yaitu diare cair akut bila
berlangsung kurang dari 14 hari, disentri apabila disertai darah dalam
tinja, serta diare persisten yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 14 hari.
Pembagian
diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi
ringan sedang dan dehidrasi berat. Dehidrasi ringan sedang menurut
Depkes adalah keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan
volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskuler dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat.
Pada dasarnya gejala klinik dari penyakit diare dibagi menjadi empat aspek yang terdiri dari : (1). Muntah dan berak; (2). Aspek etiologi; (3). Aspek dehidrasi; (4). Aspek komplikasi
Muntah dan Berak
Muntah dan berak merupakan gejala utama gastroenteritis yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Aspek Etiologi
Czernic mengajukan faktor etiologi diare akut sebagai berikut :
a. Faktor makanan
Makanan merupakan penyebab non infeksi yang paling sering
diantaranya : makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan makanan yang mendadak, atau susunan makanan yang tidak sesuai umur bayi yang berupa osmolaritas tinggi atau terlalu banyak serat.
diantaranya : makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan makanan yang mendadak, atau susunan makanan yang tidak sesuai umur bayi yang berupa osmolaritas tinggi atau terlalu banyak serat.
b. Faktor infeksi
Merupakan penyebab diare yang paling sering, secara garis besar dibagi menjadi dua golongan:
- Infeksi parenteral :
Merupakan
infeksi di luar usus, diperkirakan terjadi melalui jalur susunan saraf
vegetatif yang mempengaruhi sistem saluran cerna sehingga terjadi diare.
- Infeksi enteral :
Merupakan infeksi dalam usus dan keadaan ini penting karena penyakit diare ini menular secara jalur orofecal.
c. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu kondisi saluran cerna yang dijumpai pada keadaan intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein.
d. Faktor psikis
Keadaan depresif melalui susunan saraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare.
Aspek Dehidrasi
Gejala dehidrasi menurut kriteria WHO 1992 dibagi menjadi : Tanpa Tanda Dehidrasi; Dehidrasi Ringan-Sedang; Dehidrasi Berat.
Aspek Komplikasi
Akibat
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
komplikasi karena dehidrasi dan asidosis antara lain : hipokalemi,
kejang, syok, gagal ginjal dan malnutrisi.
DIARE PARENTERAL
Infeksi
parenteral merupakan infeksi di luar usus yang memacu aktivitas saraf
parasimpatis sehingga dapat mempengaruhi saluran cerna berupa
peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Beberapa
infeksi yang sering disertai diare adalah infeksi saluran nafas,
infeksi saluran kemih, campak dan lain-lain. Infeksi saluran nafas dapat
disebabkan oleh virus dari saluran napas atas, dapat juga oleh bakteri
yang ikut makanan atau minuman, atau udara pernapasan. Pada campak,
diare terjadi selama fase akut campak dan selama 2-3 bulan sesudahnya
karena daya tahan terhadap infeksi menurun.
Infeksi
parenteral dapat menyebabkan diare diperkirakan melalui jalur susunan
syaraf vegetatif yang mempengaruhi sistem saluran cerna. Saraf vegetatif
terdiri dari syaraf simpatis dan parasimpatis yang bila mendapat
rangsangan akan memberikan respon yang berbeda pada saluran cerna.
Akibat adanya pirogen dari infeksi parenteral akan menimbulkan
rangsangan pada saraf parasimpatis, yang akan menstimuli otot polos
untuk berkontraksi sehingga menimbulkan hipermotilitas usus yang
menyebabkan berkurangnya fungsi usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Oleh karena itu, kuman penyebab diare tidak selalu ditemukan dalam feses penderita.
PENGELOLAAN DIARE PADA ANAK
Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan 5-D, yaitu :
(1) Dehidrasi, (2) Diagnosa, (3) Dietetik, (4) Drugs (pengobatan kausal) dan (5) Defisiensi Disakaridase.
Akhir-akhir ini digunakan pedoman pengelolaan penderita diare yang meliputi empat aspek, yaitu :
a. Aspek Rehidrasi
b. Aspek Refeeding
c. Aspek Medikamentosa
d. Aspek Edukasi
a. Aspek Rehidrasi
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat. Semua
komplikasi diare akut disebabkan karena kehilangan air dan elektrolit
melalui tinja. Kehilangan sejumlah air dan elektrolit bertambah jika ada
muntah, dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Kehilangan
ini menyebabkan dehidrasi karena kehilangan air dan natrium khlorida,
asidosis karena kehilangan bikarbonat, dan kekurangan kalium. Dehidrasi
adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan
volume darah, kolaps kardiovaskuler dan kematian apabila tidak di atasi
dengan tepat. Rehidrasi dilakukan dengan cairan yang mengandung
elektrolit sehingga dapat mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
Bila
berat badan anak tidak diketahui maka jumlah cairan yang digunakan
disesuaikan menurut umur. Jumlah oralit (ml) yang diperlukan dapat
dihitung dengan cara: berat badan (kg) dikalikan 75.
a. Aspek Refeeding
Refeeding supaya berhasil sebaiknya memenuhi persyaratan :
1. Penderita tidak jatuh lagi dalam keadaan dehidrasi atau asidosis akibat kekurangan cairan, kalori / nutrien tertentu.
2. Agar tidak terjadi uremia akibat protein tubuh terpaksa diuraikan.
3. Agar tidak terjadi diare kembali yang disebabkan intoleransi terhadap makanan.
b. Aspek Medikamentosa
Pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi parenteral dapat diberikan antibiotika. Pengobatan
kausal dengan antibiotika harus dengan indikasi yang jelas, karena
penggunaan secaara bebas dapat menyebabkan resistensi. Penderita juga
dapat diberikan parasetamol untuk mengatasi apabila penderita panas,
serta vitamin B kompleks dan vitamin C yang berfungsi sebagai roboransia
untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan.
c. Aspek Edukasi
Keluarga,
terutama ibu penderita diberi pengarahan tentang diare, tanda-tanda
dehidrasi, pencegahan diare serta pemberian nutrisi pada penderita
selama perawatan. Ibu diikutsertakan untuk merawat anaknya dan
mengetahui cara pembuatan cairan rehidrasi oral agar ibu dapat membuat
sendiri di rumah. Ibu diharapkan dapat memberikan pertolongan pertama
dirumah apabila anak menderita diare, misalnya dengan memberikan oralit
atau larutan gula garam. Bila tidak ada perubahan atau memburuk,
diharapkan cepat dibawa ke sarana kesehatan terdekat.
Selain
itu disarankan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, air minum
dimasak, persiapan alat makan dan minum yang bersih, pengolahan dan
penyajian makanan yang bersih, serta menjaga kesehatan lingkungan di
rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar