Scabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren
Bila diperdengarkan kata scabies, kebanyakan orang awam masih kurang terdengar familier. Namun bila kita mengatakan penyakit gudiken,
seketika orang paham. Bagi orang lulusan pesantren, penyakit jenis ini
dirasa sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Sampai ada ungkapan,
bahwa belum afdhol bagi seseorang yang nyantri di pondok pesantren bila belum terkena gudiken.
Begitu katanya, dan penulis pun setuju dengan ungkapan tersebut
mengingat pengalaman pribadi berkawan dengan skabies ini. Nama-nama lain
scabies antara lain Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.
Scabies, penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.
Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang hidup
didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang
bentuknya memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin
menjadi-jadi dimalam hari, sehingga membuat orang sulit tidur.
Dibandingkan penyakit kulit gatal lainnya, scabies merupakan penyakit
kulit dengan rasa gatal nomor satu (pengalaman pribadi lagi).
Siklus
hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang
telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang
kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12
hari.(Handoko, R, 2001). Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4
hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel
rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi
parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. ( Mulyono, 1986).
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama
lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
terserang. (Andrianto dan Tang Eng Tie, 1989).
lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
terserang. (Andrianto dan Tang Eng Tie, 1989).
Penyakit ini menular dari hewan ke manusia (zoonosis),
manusia ke hewan, bahkan dari manusia ke manusia. Cara penularannya
adalah lewat kontak langsung maupun tak langsung antara penderita dengan
orang lain, melalui kontak kulit, baju, handuk dan bahan-bahan lain
yang berhubungan langsung dengan si penderita. Julukan scabies sebagai
penyakitnya anak pesantren alasannya karena anak pesantren suka (baca
gemar) bertukar, pinjam-meminjam pakaian, handuk, sarung bahkan bantal,
guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya
penyakit ini dengan dunia pesantren.
Tempat-tempat
yang menjadi favorit bagi sarcoptes scabei tinggal adalah daerah-daerah
lipatan kulit, seperti telapak tangan, kaki, selakangan, lipatan paha,
lipatan perut, ketiak dan daerah vital.
Sarcoptes
scabei betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan stratum
lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan
inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut
menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda dengan tiga pasang kaki.
Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan
sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal, akibatnya
penderita menggaruk kulitnya sehingga terjadi infeksi ektoparasit dan
terbentuk kerak berwarna coklat keabuan yang berbau anyir. Sarcoptes
tidak tahan dengan udara luar. Kalau orang yang menderita kudisan dan
sering menggaruk pada kulit yang terkena tungau, tungau-tungau itu tetap
dapat bertahan hidup karena kerak yang copot dari kulit memproteksi
(jadi payung) tungau terhadap udara luar. Akibat lain kegiatan menggaruk
tadi adalah mundulnya infeksi sekunder, dengan munculnya nanah (pus)
dalam luka tadi. Hal ini akan menyulitkan pengobatan.
Gejala
yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan
paha. Gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan
di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina.
Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit.
Diagnosa
pasti scabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya
dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena Sarcoptes
betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan. Untuk
melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen. selanjutnya hasil
kerokan tersebut diamatai dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :
- Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
- Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
- Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Terdapat
beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies
pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan
lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat
sukar ditemukan.
2. Skabies
incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau
tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering
juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi
luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah
tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus
ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus
ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies
yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah
anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi
biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk
binatang kesayangannya yaitu paha,
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies
Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi
yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga
bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies
biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies
biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies
pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M,
2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
Semua
keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan
seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies
yaitu:
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup
tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan
di kepala dan leher anak
usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
2. Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.(Harahap. M, 2000).
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering
terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).
terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).
4. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 malam. (Harahap, M, 2000).
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2 – 3 bagian dari air dan digunakan selama 2 – 3 hari.
(Harahap, M, 2000).
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan). Kadarnya
1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi.
Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena
toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.(Handoko, R, 2001).
1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi.
Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena
toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.(Handoko, R, 2001).
7. Krotamiton
10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek
sebagai antiskabies dan antigatal.(Handoko, R, 2001).
Yang
terpenting dalam pengobatan scabies, adalah seluruh orang yang tinggal
ditempat yang sama dengan penderita juga harus diobati. Semua pakaian,
handuk, bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya
agar tungau mati karena sinar matahari. Pakaian dicuci dengan
menggunakan cairan karbol. Dan bila semua telah dilakukan, terpenting
adalah mengubah cara hidup sehari-hari dengan tidak saling meminjamkan
pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang lain. Dengan begitu, scabies
pasti akan musnah ditelan bumi, dan anak-anak pesantren pun akan
tersenyum bangga, bebas dari penyakit yang selama berabad-abad identik
dengan kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar