Faktor-faktor Lain yang Juga Mempengaruhi Laju Reaksi
Pada
pokok bahasan laju reaksi pelajaran kimia di sma faktor yang
mempengaruhi laju reaksi kebanyakan yang dibahas hanya ada lima, yaitu
konsentrasi pereaksi, tekanan, temperatur, dan adanya katalis serta luas
permukaan zat pereaksi jika ia dalam bentuk padatan. Kelima faktor itu
di buku-buku sudah bisa dipahami siswa dengan mudah. Jadi saya tidak
membahas kelima faktor itu lagi.
Sesungguhnya tidak hanya 5 faktor itu
saja yang mempengaruhi laju reaksi, tetapi masih ada beberapa lagi, tapi
jarang dibahas atau mungkin tidak pernah disinggung. Mungkin karena
alasan menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada pelajaran kimia
sma. Apa sajakah faktor yang lain itu?
Berikut bahasan yang saya sarikan dari sini. Menurut bahasan di situs ini setidaknya masih ada 4 faktor lagi selain yang lima itu yaitu:
1. Sifat pereaksi.
Laju reaksi tergantung pada sifat ikatan pada pereaksi. Biasanya senyawa ion bereaksi lebih cepat dibandingkan senyawa kovalen
Reaksi-reaksi antara senyawa-senyawa
ionik dalam air terjadi sangat cepat yang hanya melibatkan pertukaran
ion-ion, ia terurai dalam larutan berair selama pelarutannya.
Misalnya: AgCl mengendap secara cepat begitu larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan NaCl.
AgNO3 (aq) + NaCl(aq) → AgCl(s)↓ + NaNO3 (aq)
Reaksi ini hanya melibatkan pertukaran
ion-ion sebagaimana yang ditunjukkan pada reaksi di bawah ini dan itu
terjadi sangat cepat.
Ag+(aq) + NO3–(aq) + Na+(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) ↓ + Na+(aq) + NO3–(aq)
Sebaliknya, reaksi antara senyawa-senyawa
kovalen berlangsung dengan lambat karena mereka memerlukan energi untuk
memutus ikatan-ikatan kovalen yang ada.
Misalnya, reaksi esterifikasi antara asam asetat terjadi dengan lambat karena pemutusan ikatan-ikatan itu memerlukan energi.
2. Orientasi Spesies dalam Reaksi
Reaksi antara pereaksi-pereaksi terjadi
hanya ketika mereka bertabrakan (bertumbukan) dengan orientasi yang
benar (arah yang tepat) dalam ruang-nya. Kemungkinan terbesar tumbukan
antara pereaksi-pereaksi dengan orientasi yang tepat akan memiliki laju
reaksi yang lebih besar.
Orientasi
molekul mempengaruhi faktor probabilitas, p. Molekul yang sederhana
memiliki lebih banyak cara berorientasi yang tepat untuk bertumbukan.
Oleh karena itu faktor probabilitasnya lebih tinggi dibandingkan molekul
yang kompleks.
Faktor orientasi juga mempengaruhi
interaksi antara pereaksi dan katalis. Contoh dalam kasus reaksi secara
biologi, yang menggunakan katalis enzim (biokatalis). Enzim mengaktikan
situs (tempat) khusus untuk molekul-molekul pereaksi (substrat). Tempat
ini disebut situs aktif dan memiliki bentuk dan ukuran tertentu.
Ukuran, stereokimia dan orientasi
substrat harus dapat dipasangkan pada situs aktif dari enzim. Dengan
hanya begitulah maka reaksi akan berlangsung. Ini juga dikenal dengan
mekanisme “lock and key”.
Enzim akan kehilangan aktivitas pada
pemanasan atau perubahan pH atau penambahan reagen kimia tertentu. Ini
disebabkan oleh deformasi konfigurasi situs aktif.
3. Intensitas Cahaya
Laju reaksi fotokimia, yang terjadi
dengan adanya cahaya, meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya
yang sesuai yang digunakan. Dengan meningkatnya intensitas cahaya,
jumlah foton dalam cahaya juga bertambah. Karenanya lebih banyak molekul
pereaksi memperoleh energi dengan penyerapan jumlah foton lebih banyak
dan terjadilah reaksi kimia itu.
Misalnya, laju fotosintesis meningkat pada hari yang lebih terang.
Namun, beberapa reaksi fotokimia yang
melibatkan radikal bebas, yang dihasilkan dalam proses berantai, tidak
dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Hanya satu foton saja cukup untuk
memicu pembentukan radikal bebas. Hal ini hanyalah sebuah awalan proses
berantai di mana radikal bebas akan lebih banyak terbentuk terus menerus
di setiap siklus tanpa perlu foton tambahan.
4. Sifat Pelarut
Pelarut mungkin mempengaruhi laju reaksi dalam beberapa cara dan dijelaskan sebagai berikut:
Pelarut digunakan untuk melarutkan
pereaksi, sementara itu ia membantu memberikan permukaan yang lebih
interaktif antara molekul-molekul pereaksi yang mungkin, sebaliknya pada
fase berbeda atau pada fase padat ia lebih terikat kuat.
Biasanya pelarut membantu dalam pemutusan
gaya kohesif antara ion-ion atau molekul-molekul pada keadaan padat.
Molekul polar cenderung untuk larut dalam pelarut polar dengan konstanta
dielektrik lebih banyak dan bereaksi lebih cepat di dalamnya. Sedangkan
molekul non polar lebih suka pada pelarut non polar.
Dalam hal reaksi difusi terkendali,
viskositas memainkan peranan yang penting. Laju reaksi berkurang dengan
meningkatnya viskositas dari pelarut.