Tulang terdiri dari jaringan aktif yang
terus dihancurkan dan diganti secara dinamis. Mineral memainkan peran
kunci dalam proses ini, terutama dalam 30 tahun pertama kehidupan. Diet
yang baik, terutama saat tumbuh kembang merupakan suatu keharusan.
Tindakan lain yang bisa menjaga agar
tulang tetap kuat ialah olahraga. Tulang bisa beradaptasi dengan tekanan
yang mengenai tulang setiap hari. Sehingga jika berolahraga secara
rutin dan aktif secara fisik, tulang bisa menjadi lebih kuat. Jika
seorang perempuan sudah berusia 30 tahun, maka tulangnya secara alamiah
akan mulai menipis. Tulang yang ada akan lebih cepat daripada tulang
yang baru dibuat, sehingga ia lebih lemah dan lebih rentan untuk patah.
Olahraga yang berdampak tinggi (high
impact) termasuk berjalan, latihan pliometrik, melompat, lompat tali
atau latihan apapun yang melibatkan kedua kakinya diangkat dari tanah
pada saat bersamaan.
Peneliti mengungkapkan latihan yang
dilakukan ini termasuk olahraga kardio yang bisa berfungsi membakar
kalori atau lemak berlebih di tubuh dan juga membantu memperkuat tulang.
Setiap gerakan yang memberikan tekanan
pada tulang belakang bagian pinggul dan tulang lainnya juga bisa
membantu tulang tetap sehat dan kuat. Serta peregangan yang teratur
membuat tulang tetap lentur, biasanya cukup dibutuhkan waktu 5 menit
untuk melakukan peregangan.
Faktor lain yang bisa mempengaruhi ialah
nutrisi atau makanan, salah satunya ialah ikan. Diketahui asam lemak
omega-3 dari ikan dapat membantu mencegah kekeroposan tulang
(osteoporosis). Sedangkan asam lemak omega-6 yang disebut asam
arakidonat, juga dapat mencegah tapi jika dikonsumsi dalam tingkat yang
tinggi. Definisi patah tulang secara umum adalah terputusnya kontinutas
tulang.
Gejala
Gejala yang umum muncul adalah rasa
nyeri yang terlokalisir pada bagian yang patah dan nyeri ini akan
semakin memberat apabila digerakkan, gangguan dari fungsi pergerakan di
daerah yang patah tersebut, deformitas atau kelainan bentuk. Bengkak
pada daerah kulit di sekitar tulang yang patah akibat dari pecahnya
pembuluh darah di daerah sekitar patahan tulang.
Patah tulang pada dewasa dan anak
berbeda, karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang
akan berdampak pada penanganan patah tulang. Misalnya, reduksi tertutup
patah tulang pada anak tidak perlu dilakukan secara agresif karena
proses penyembuhan tulang anak lebih cepat dan lebih baik daripada
dewasa. Selain itu, beberapa jenis patah tulang pada anak dapat
sembuh/menyambung spontan, hal ini dikarenakan anak masih dalam masa
pertumbuhan.
Pada orang dewasa, proses penyembuhan
tulang tidak sebaik pada anak-anak, lempeng pertumbuhan juga sudah
menutup, oleh karena itu penanganan patah tulang pada orang dewasa
cenderung lebih agresif.
Penyembuhan tulang normal merupakan
suatu proses biologis yang luar biasa karena tulang dapat sembuh tanpa
bekas atau jaringan parut. Artinya tulang yang patah akan disambung
dengan tulang yang baru. Berbeda dengan ligamen yang proses
penyembuhannya akan digantikan dengan jaringan parut.
Berikut proses penyembuhan tulang secara normal :
• Fase awal penyembuhan dari jaringan
lunak pada patah tulang, akan terjadi robekan pembuluh darah kecil di
sekitar tempat cedera. Setelah terjadi pendarahan maka tubuh akan
merespon dan terbentuklah bekuan darah (clot/hematoma). Hematoma di
tempat patah tulang ini merupakan tempat dimana proses penyembuhan patah
tulang pertama kali terjadi. Akan terjadi ledakan populasi sel-sel
pembentuk tulang baru (osteogenic cells) untuk membentuk callus yang
berfungsi sebagai lem untuk menjaga agar tulang yang patah tidak mudah
bergerak. Pada fase ini callus yang terbentuk masih lunak dan sebagian
besar mengandung cairan.
• Fase Penyambungan Tulang secara Klinis (Clinical Union)
Callus semakin lama akan semakin mengeras dan sebagian akan digantikan oleh tulang immatur/belum dewasa. Pada saat callus ini telah mengeras sehingga tidak lagi terjadi pergerakan di sekitar tulang yang patah, maka dikatakan telah memasuki fase penyambungan tulang secara klinis (Clinical Union), namun garis patah tulang masih akan terlihat. Saat fase ini pasien tidak merasakan nyeri apabila bagian yang patah digerakkan.
Callus semakin lama akan semakin mengeras dan sebagian akan digantikan oleh tulang immatur/belum dewasa. Pada saat callus ini telah mengeras sehingga tidak lagi terjadi pergerakan di sekitar tulang yang patah, maka dikatakan telah memasuki fase penyambungan tulang secara klinis (Clinical Union), namun garis patah tulang masih akan terlihat. Saat fase ini pasien tidak merasakan nyeri apabila bagian yang patah digerakkan.
• Fase Konsolidasi atau Penyambungan secara Radiologis (Radiographic Union).
Saat semua tulang muda (immatur) dalam callus telah digantikan oleh tulang yang dewasa (matur) maka dikatakan telah memasuki fase Radiographic Union. Garis patah tulang tidak akan terlihat lagi.
Saat semua tulang muda (immatur) dalam callus telah digantikan oleh tulang yang dewasa (matur) maka dikatakan telah memasuki fase Radiographic Union. Garis patah tulang tidak akan terlihat lagi.
Setelah memahami proses penyembuhan
tulang secara normal, kita dapat memahami bahwa tulang yang patah,
secara alami akan dapat menyambung sendiri tanpa harus dimanipulasi.
Saat pasien patah tulang datang untuk
berobat, baik ke dokter maupun ke pengobatan alternatif, pasien akan
mengharapkan kesembuhan dalam artian:
1. tulang yang patah dapat menyambung
2. bagian tubuh yang cedera dapat digunakan kembali/berfungsi secara normal
3. terhindar dari komplikasi.
1. tulang yang patah dapat menyambung
2. bagian tubuh yang cedera dapat digunakan kembali/berfungsi secara normal
3. terhindar dari komplikasi.
Berikut beberapa langkah menjaga tulang agar tetap sehat antara lain:
• Ketahui faktor risiko
Karena secara alami memiliki massa
tulang lebih rendah dan tulang yang lebih kecil, wanita memiliki risiko
osteoporosis lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Sekitar 5-7 tahun
setelah menopause, wanita bisa kehilangan hingga 20 persen dari
kepadatan tulang karena penurunan hormon estrogen.
Bila telah berusia 45 tahun atau lebih
tua, kurus, tinggi atau seorang perokok, maka memiliki peningkatan
risiko terkena osteoporosis. Faktor risiko lain termasuk minum alkohol
berlebihan, tidak berolahraga, memiliki gangguan makan, dan tidak
mendapatkan kalsium yang cukup.
• Mencari tahu riwayat keluarga
Apabila salah satu orangtua memiliki
riwayat osteoporosis atau pernah mengalami keretakan pada tulang
pinggul, maka ceritakan kepada dokter saat berkonsultasi. Lebih dari 50
persen kasus osteoporosis adalah genetik.
• Melakukan pemeriksaan
Karena osteoporosis merupakan silent
disease, maka tidak akan tahu ketika memilikinya kecuali melakukan
pengujian untuk kondis tersebut, atau telah mengalami patah tulang. Jika
memiliki faktor risiko, mintalah dokter melakukan pemeriksaan untuk
kondisi osteopenia. Osteopenia merupakan kondisi kepadatan tulang yang
rendah, dan kondisi tersebut merupakan kondisi awal sebelum
osteoporosis.
• Melakukan tes kepadatan tulang pada mesin yang sama
Hasil tes kepadatan tulang bisa
berbeda-beda dari mesin yang satu ke mesin yang lain, maka bila
memungkinkan sebaiknya tes kepadatan tulang dilakukan di lokasi yang
sama setiap kali, juga dengan mesin yang sama, untuk memastikan hasil
yang sama.
• Mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D
Tubuh kehilangan kalsium setiap hari melalui keringat dan urin dan karena itu perlu menggantinya setiap hari karena tubuh kita tidak bisa membuatnya sendiri.
Tubuh kehilangan kalsium setiap hari melalui keringat dan urin dan karena itu perlu menggantinya setiap hari karena tubuh kita tidak bisa membuatnya sendiri.
Vitamin D juga penting, karena
meningkatkan penyerapan kalsium tubuh. Rekomendasi para ahli orang
dewasa di bawah usia 50 tahun mesti mendapatkan 1.000 mg kalsium setiap
hari bersama 400-800 IU vitamin D. Apabila lebih tua dari 50 tahun,
sebaiknya memenuhi asupan 1.200 mg kalsium setiap hari dengan 800-1,000
IU vitamin D. Sementara tubuh menyerap kalsium terbaik melalui makanan,
namun tidak selalu mudah untuk memenuhi kalsium dan vitamin D dari diet
saja.
• Fokus pada makanan yang dapat membangun kepadatan tulang
Untuk mencoba dan memenuhi tujuan gizi
melalui makanan, dengan tujuan untuk 3 porsi kalsium setiap hari,
termasuk sedikitnya 1 cangkir buah dan 2 cangkir sayuran. Sumber
kalsium, seperti susu, yogurt, dan keju, adalah bahan makanan terbaik
untuk tulang.
Selain itu, juga dapat mengonsumsi
makanan yang diperkaya kalsium, sepeti jus dan sereal sarapan, sarden,
salmon kaleng, almond, dan sayuran berdaun hijau.
• Perhatikan obat-obatan yang dikonsumsi
Obat-obatan tertentu meningkatkan risiko
patah tulang, sehingga sebaiknya memberi tahu dokter obat apa saja yang
sering dikonsumsi. Termasuk penggunaan steroid jangka panjang dan
obat-obatan anti kejang. Tanyakan kepada dokter apakah obat pembangun
tulang bisa membantu menahan efek merusak dari obat lain.
• Melakukan aktivitas fisik
Sebuah studi Swedia mengungkapkan bahwa
wanita di atas 50 tahun yang secara rutin berpartisipasi dalam kegiatan
seperti berjalan kaki dengan anjing peliharaannya mengalami patah tulang
pinggul lebih sedikit dibandingkan wanita yang kurang aktif. Setiap
gerakan yang memberi tekanan pada tulang belakang bagian pinggul, dan
tulang lainnya dapat membantu tetap sehat dan kuat.
• Peregangan agar tetap lentur
Setiap kali merasa kaku, butuh waktu sekitar 5 menit untuk melakukan peregangan.
Setiap kali merasa kaku, butuh waktu sekitar 5 menit untuk melakukan peregangan.
• Melakukan olahraga secara rutin
Olahraga dengan tingkat ringan hingga
sedang sesering mungkin. Para ahli merekomendasikan melakukan kegiatan
aerobik 4 hari seminggu, ditambah pelatihan ringan selama 15-20 menit
setiap hari.
Ada tiga proses penyembuhan patah tulang
yang tidak normal akibat tidak ditangani sama sekali atau ditangani
oleh orang yang tidak kompeten:
• Malunion: patah tulang dapat sembuh
sesuai waktu yang diperkirakan/normal namun posisinya tidak seperti
awal/tidak sesuai posisi anatomis, sehingga menyebabkan kelainan bentuk
tulang
• Delayed union: patah tulang pada akhirnya akan sembuh namun membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penyembuhan normal
• Pseudoarthrosis: patah tulang gagal
sembuh/menyambung dan akan disertai pembentukan jaringan fibrosa atau
false joint, artinya bagian yang patah tidak akan berfungsi dengan
normal seperti sebelum sakit.
Komplikasi yang lebih buruk dan
mengancam jiwa bisa terjadi apabila pasien menderita patah tulang
terbuka (ada hubungan antara tulang dengan lingkungan luar). Kasus patah
tulang terbuka merupakan kasus gawat darurat yang harus ditangani
secepatnya di meja operasi karena adanya resiko infeksi yang sangat
besar. Infeksi ini apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
kematian. Jelas bahwa untuk kasus patah tulang terbuka, pengobatan
alternatif tidak memiliki kompetensi.
Untuk membantu penyembuhan patah tulang
yang harus diperhatikan adalah konsumsi kalsium dan vitamin D. Kalsium
merupakan mineral pembentuk massa tulang sedangkan vitamin D merupakan
hormon pengatur pembentukan tulang.
Sumber kalsium yang baik antara lain:
Hewani: produk susu (susu, keju, yoghurt) Nabati: produk kedelai,
kacang-kacangan (almond, pistachio, hazelnut, wijen), rumput laut dan
brokoli, asupan sebanyak 1000-1300 mg kalsium/hari. Panduan porsinya: 1
gelas susu sapi (250ml) = 250-300 mg, 1 mangkok yoghurt (200gr) = 300
mg100 gr, keju cheddar = 750 mg (tinggi lemak jenuh).
Sumber vitamin D: Ikan lele, salmon,
mackerel, sarden, tuna, belut (eel), minyak ikan, telur ayam dan hati
sapi. Dengan asupan sebanyak 5 – 15 microgram (ug) atau 200 – 600 IU
(international unit)/ hari. Panduan porsinya: 85 gr ikan lele = 425 IU,
100 gr salmon yang dimasak = 360 IU, 1 telur ayam (60gr) = 20 IU, 100 gr
hati sapi yang dimasak = 15 IU.
Sebaiknya konsumsi vitamin D tidak melebihi 4000 IU/hari karena bisa menyebabkan keracunan.
Sebaiknya konsumsi vitamin D tidak melebihi 4000 IU/hari karena bisa menyebabkan keracunan.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
adalah makanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan kalsium dan
vitamin D seperti: minuman berkola, kafeine, merokok dan alkohol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar