Buku, Jendela Dunia
Lantas saya pun dibuat terdiam sejenak dengan apa yang saya lihat pagi menjelang siang itu. Makanya ketika hendak mengingat-ingat kembali kapan ya terakhir saya baca buku tebal apakah berupa novel atau buku ilmiah lainnya, terjawab sudah kalau saya sudah sangat lama dan mungkin lebih dari setahun. Apapun alasannya itu semua menjadi catatan bagi saya, untuk tak beralasan bagi diri sendiri untuk tidak membaca. Karena kata-kata yang seringkali saya dengar dan baca lewat kitb suci Al-Qur’an yakni Iqro yang bermakna bacalah. Sederhananya kita harus rajin membaca karena itu perintah bagi umat manusia atas akal pikiran yang perlu diasah dengan mengembangkan pengetahuannya yakni membaca. Secara garis luasnya kita sebagai manusia yang hidup di bumi agar membaca apa saja yang dihadapi dalam kehidupan yang sudah Allah berikan kepada kita.
QS Al-Alaq yang berada di Juzz ke-30 pada Al-Qur’an membuat saya semakin tinggi akan motivasi yang kadang naik dan turun. Bersamaan dengan itu semua di hari ini, 23 April 2012 diperingati sebagai hari buku sedunia. Sayang tak semua tahu akan hari buku ini atau jangan-jangan kalah pamornya dengan hari-hari besar lainnya yang sudah terpampang jelas di kalendar yang sering ditempel di dinding rumah atau sekolah. Karena pada kenyataannya, hari kelahiran yang sifatnya nasional pun terkadang biasa saja dan seolah-olah hanya kegiatan seremonial biasa seperti upacara bersama dan lewat begitu saja dan terus berulang setiap tahunnya tanpa memiliki kesan dan pelajaran didalamnya. Jadi saya menilai wajar saja di hari ini sebagian orang menganggap tak ada yang istimewa dan bukan hal yang penting untuk disimak maksudnya dirayakan layaknya hari kelahiran.
Namun sayang sekali saat suatu hari saya berkunjung ke satu rumah pejabat dan memiliki ragam buku-buku tebal, bagus dan tentu saja harganya mahal. Sayangnya buku-buku itu tersimpan rapi seolah tak tersentuh oleh pemiliknya. Tapi entahlah itu hanya lamunan kecil saya saja dan mungkin salah menilai. Dan kalau pun benar adanya, sungguh beruntung sekali si pemilik buku-buku tebal yang tersimpan rapi di rak yang lokasinya di simpan di dekat pintu masuk itu. Dan jika melihat sebuah kenyataan di negeri ini lebih banyak mana pengunjung toko buku atau pameran pakaian yang didalamnya disuguhi dengan model-model cantik. Jawabannya yang ke dua dan itu bukan opini pribadi atau hanya pilihan saja tapi kenyataan yang kita lihat. Karena pada dasarnya ketika kita berbicara tentang sebuah hal termasuk buku berarti berbicara kebiasaan. Dan itu satu alasan diantara alasan lainnya. Dan yang terpenting yakni motivasi didalamnya akan semangat untuk terus lapar akan pengetahuan.
Dan banyak cara untuk terus mengembangkan budaya membaca, diantaranya dengan pameran buku di tempat yang mudah dijangkau seperti di dalam mall dengan menghadirkan beberapa penulis terkenal. Ditambah beberapa toko buku biasanya memberikan penawaran yang menarik, potongan harga adalah salah satunya atau membuat kartu keanggotaan agar harganya jauh lebih murah dan untuk mengikat pembaca ke depannya. Kemudian cara yang saya sebutkan tadi masih ditambah dengan membuka akses bagi masyarakat yang tidak sempat ke toko buku yakni membuka toko online yakni belanja lewat internet. Cara ini pun akhir-akhir ini diminati oleh beberapa konsumen. Alasannya karena praktis, tak usah repot kemana-mana dan tentu saja ekonomis yakni harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan datang ke toko buku. Sementara pemerintah sendiri membuka layanan buku berjalan yakni mobil keliling yang didalamnya terdapat beberapa buku menarik untuk dibaca masyarakat, lomba menulis, dan tentu saja menjual buku-buku dengan harga murah. Sayangnya tak semua masyarakat mengetahuinya.
http://remaja.suaramerdeka.com/wp-content/uploads/2012/04/buku-tua.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar