Selasa, 12 Februari 2013

Jengger Kelamin

Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang penyakit kelamin jengger ayam. Berdasarkan istilah kedokteran, penyakit ini juga biasa disebut Kondiloma akuminatum (condiloma accuminata). Tapi orang-orang menyebutnya sebagai penyakit kelamin jengger ayam karena bentuknya yang terkadang menyerupai jengger ayam atau bunga kol. Penyakit kelamin jengger ayam merupakan penyakit kelamin yang juga biasa ditemui seperti bintil-bintil yang ada pada alat kelamin laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini cukup berbahaya karena penyakit ini tidak bisa sembarang diobati. Mengerikan bukan?
Kisah mantan pasien HPV Balai Pengobatan Tradisional Ny.Djamilah Najmuddin
Kisah mantan pasien HPV Balai Pengobatan Tradisional Ny.Djamilah Najmuddin
Penyakit kelamin jengger ayam ini disebabkan oleh sebuah virus bernama virus HPV (Human Papilloma Virus). Biasanya yang sering terserang penyakit ini adalah orang dewasa, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menulari siapapun juga. Ukuran penyakit kelamin ini biasanya sebesar jengger ayam jago, karena itulah penyakit kelamin ini disebut penyakit jengger ayam. Tapi ada juga yang sampai sebesar telur ayam atau melebihi penis itu sendiri. Sebaiknya kita perlu menjaga kebersihan daerah sensitif kita supaya tidak terserang penyakit kelamin ini, terutama menghindari dari pergaulan seks bebas.
Sebaiknya mengganti celana dalam secara teratur atau setelah habis mandi. Dan juga menjaga kelembaban daerah kelamin supaya tidak mudah dijadikan sarang penyebaran virus. Jika organ kelamin dirasa lebih sering lembab, itu bisa dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Ada banyak orang yang memang menghasilkan keringat lebih banyak dari orang lain sehingga beberapa bagian tubuhnya akan selalu lembab. Jika merasa mengalami gejala penyakit kelamin jengger ayam, lebih baik segera menghubungi ahli pengobatan penyakit kelamin untuk mendapatkan penanganan yang tepat, karena penyakit ini sangat menular. Selain itu, penyakit kelamin jengger ayam ini bisa kambuh sewaktu–waktu apabila pengobatannya tidak tuntas. Oleh karena itulah perlu terapi pengobatan agar tidak muncul lagi. Jika dibiarkan begitu saja tanpa penanganan khusus, penyakit kelamin jengger ayam ini bisa juga menyebabkan kanker serviks pada wanita.
Masa inkubasi penyakit kelamin jengger ayam berkisar antara 2 atau 3 bulan. Penyakit kelamin ini biasanya menyerang permukaan kulit. Tapi terkadang juga menyerang bagian dalam. Perlu hati-hati dalam menjaga kebersihan organ intim karena sebenarnya tidak hanya penyakit kelamin jengger ayam saja yang bisa menyerang organ intim manusia, tapi masih banyak penyakit kelamin lain yang juga tidak kalah menyeramkan jika dibandingakan dengan penyakit kelamin jengger ayam. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual masih menjadi satu alternatif pencegahan terutama pada mereka yang beresiko tinggi terjangkit penyakit kelamin berbahaya ini.
Terdapat dua komponen yang mempengaruhi timbulnya penyakit kelamin jengger ayam ini yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen atau faktor bawaan seperti individu yang memiliki kelenjar keringat lebih banyak di daerah organ vital sehingga mereka akan cenderung lebih sering mengalami kelembaban dan basah. Keadaan daerah kelamin yang lembab dan basah menjadikan banyak virus dan bakteri berkembang dengan baik di daerah tersebut, terlebih jika kita sangat kurang menjaga kebersihan daerah organ vital. Penyakit kelamin jengger ayam sangat mudah menular terhadap kelompok ini. Sering-seringlah berganti celana dalam apabila dirasa daerah kemaluan Anda terasa lembab.
Sedangkan faktor eksogen yang mempengaruhi diantaranya adalah obesitas atau kegemukan dan penyakit metabolik misalnya kencing manis yang memudahkan mikroorganisme tumbuh di daerah sekitar organ vital. Untuk menghindari kegemukan, biasakan untuk melakukan olah raga cukup setiap hari. Tidak perlu olah raga yang berat. Jogging atau lari–lari kecil akan cukup membantu, asalkan bisa mengeluarkan keringat. Jangan lupa untuk selalu mengonsumsi sayur dan buah secara seimbang. Hindari mengonsumsi makanan cepat saji terlalu sering karena hal itu justru akan menambah penimbunan lemak di dalam tubuh walaupun porsi yang kita makan tidak terlalu besar. Minuman bersoda juga dapat meningkatkan resiko obesitas. Air putih merupakan minuman terbaik dan yang paling netral karena bisa dikonsumsi siapa saja kapan saja. Setelah itu, jaga selalu pola makan dan usahakan untuk menghindari makanan-makanan yang mengandung pengawet, pewarna dan penyedap rasa seperti Mono Sodium Glutamat.
penyakit kelamin jengger ayam
Seperti yang telah disebutkan diatas, bagaimanapun juga pencegahan terbaik terhadap penyakit jengger ayam ini adalah setia kepada pasangan seksualnya masing-masing dan menjauhi dari pergaulan seks bebeas. Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan kita dalam mencegah penyakit kelamin jengger ayam di tubuh kita.

Perilaku Abnormal

PERILAKU ABNORMAL

BAB I
PENDAHULUAN

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.

BAB II
ISI

PERILAKU ABNORMAL

1.PENGERTIAN PERILAKU ABNORMAL

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.
Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.

Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal.
Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.

Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya

Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.

Perspektif psikologis:
Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal.


Perspektif sosiokultural:
Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya.

Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

Dahulu
: dianggap PL patologis, tidak bermoral, jahat, menggunakan sihir, guna2
-- harus dimusnahkan : diisolasi, dirantai, disiksa, dibakar, dibunuh

Sekarang
: dianggap sebagai gangguan mental / kekacauan emosional
- penderita harus diobati, ditolong, (tidak disiksa) --- lebih manusiawi

2. MODEL PERILAKU ABNORMAL
Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan, gambaran, bentuk dan sebagainya dapat dilihat melalui :
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang & waktu mencakup :
• Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi
• Sebab-sebab gejala
• Cara mengatasi

a Model demonologis

• Dasar perilaku abnormal adalah kepercayaan pada unsure-unsur mistik, ghaib (kekuatan setan, guna2, sihir).

• Gejala-gejala
Halusinasi, PL aneh, tanda jasmani khusus (warna kulit, pigmen, dsb )dianggap sebagai tanda setan

• Gangguan mental
Bersifat “jahat” -dianggap berbahaya, bisa merugikan / membunuh orang

• Cara mengatasi
a.Zaman batu
- Tengkorak dibor (dibolong), sebagai jalan keluar roh jahat
b.Abad pertengahan
- Disiksa, dibunuh, dimusnahkan, dipenjara, RSJ
c.Perkembangan di gereja
- Pendeta yang mengobati (doa, sembahyang, penebusan dosa)

b Model Naturalistis
• Dasar penyebab :
Proses-proses fisik / jasmani perilaku abnormal selalu berhubungan dengan fungsi- fungsi jasmani yang abnormal (bukan karena gejala spiritual).
Misal :
Hipocrates – Galenus
Perilaku abnormal --- karena gangguan pada sistem humoral (cairan dalam tubuh)
• Cara mengatasi :
Perlakuan terhadap penderita lebih humanistic/manusiawi – lebih lembut, wajar & menghilangkan bentuk siksaan-siksaan.

c Model Organis
• Dasar perilaku abnormal :

Kerusakan pada jaringan syaraf / gangguan biokimia pada otak karena kerusakan genetic, disfungsi endokrin, infeksi, luka2, khususnya pada otak.

d Model Psikologis
• Dasar perilaku abnormal :

Pola-pola yang patologis
-Pendekatan -- Psikoanalisis, Behavioristis, kognitif, humanistic,

3. TIGA KRITERIA PERILAKU ABNORMAL

Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
1. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
• Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
• Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
• Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.
• Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

2. Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
• Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
• Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.

3. Personal distress

• Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
• Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
• Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
• Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
4.Unexpectedness
• Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.

5.Disability

• Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
• Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

4. PENYEMBUHAN PERILAKU ABNORMAL
Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan.
1.Kemoterapi(Chemotherapy)
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan
a. Antianxiety Drugs
Yaitu obat yang dapat menurunkan kecemasan dan termasuk pada golongan yang dinamakan benzodiazepin. Obat-obatan ini sering dikenal dengan transkuiliser (penenang).Transkuiliser ini terdiri dari transkuiliser minor dan transkuiliser mayor.

• Transkuiliser Minor
Obat-obat ini biasanya diberikan pada pasien yang mengeluh cemas atau tegang, walaupun beberapa orang sering menggunakannya sebagai pil tidur. Yang termasuk golongan ini adalah valium, librium, miltown, atarax, serax dan equamil.
Valium dan transkuiliser lainnya digunakan untuk menekan aktivitas sistem saraf pusat, mengurangi aktivitas simpatis, mereduksi kecepatan jantung, kecepatan pernafasan dan perasaan gelisah serta ketegangan.Masalah yang diasosiasikan pada beberapa trankuiliser adalah kecemasan yang mengganjal. Beberapa pasien yang telah menggunakan obat ini secara tidak teratur berakibat pada kecemasannya muncul kembali dan rasa sakitnya bertambah.
• Transkuiliser Mayor
Transkuiliser Mayor dianggap pada bagian yang luas untuk mengurangi bentuk-bentuk kebutuhan yang bervariasi dari pengendalian dan pengawasan. Dalam beberapa kasus dapat mengurangi agitasi, delusi dan halusinasi. Yang termasuk golongan ini thorazine, mellaril, dan stelazine. Transkuiliser Mayor diberikan pada pasienschizophrenia untuk memimpin sebagian besar kehidupannya secara normal dalam komunitas masyarakat, tempat kerjanya, dan mempertahankan kehidupan keluarganya.
b. Anti Depressant
Obat anti depressant sering diberikan pada pasien yang mengalami depresi mayor. Selain itu juga untuk membantu meningkatkan mood individu yang terdepresi. Obat ini lebih memberikan efek pada membangkitkan energi. Obat anti depressant cenderung mengurangi depresi pada aspek fisik. Contohnya, mereka cenderung untuk meningkatkan tingkat aktivitas pasien untuk mengurangi gangguan makan dan tidur.
Orang yang mengalami depresi berat sering mengalami insomnia oleh karena itu pemberian anti depressant harus mempertimbangkan waktu pemberian. Hal ini menjadi pertimbangan manakala beberapa pasien yang berada di rumah sakit selama periode tertentu mempunyai kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Akan tetapi pemberian obat anti depressant yang berlebihan akan menyebabkan kematian.

c.Antipsychotic
Obat anti psikotik sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi dari satu episode schizophrenia akut serta membantu pemulihan proses berpikir yang rasional.
Obat ini tidak menyembuhkan schizophrenia, akan tetapi membantu pasien agar dapat berfungsi diluar rumah sakit.
Anti psikotik dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan.
Walaupun demikian obat ini memiliki efek samping terhadap mulut menjadi kering, pandangan kabur, konsentrasi berkurang hingga gejala neurologist.
d. Lithium
Bangsa Yunani pertama kali menggunakan metal lithium untuk obat-obatan psycho active. Mereka menentukan kandungan air mineral untuk pasien dengan gangguan bipolar afektif, walaupun demikian mereka belum memahami mengapa hal ini kadang-kadang bisa menghasilkan kesembuhan.
Akibat ini kemungkinan besar dikarenakan air mineral yang mengandung lithium.
Metal lithium dalam bentuk tablet dapat meratakan hasil periode tingkah laku depresif pada tingkat sedang dari persediaan norephinephrin terhadap otak.
2. Electroconvulsive
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
Secara khusus, pasien dengan terapi ECT mendapatkan satu treatment dalam tiga atau beberapa minggu. ECT dapat menyebabkan ketidaksadaran, walaupun demikian arus listrik yang dialirkan sangatlah lemah. Arus listrik dialirkan melalui pelipis menuju ke sisi hemisfer serebral non dominan.
Individu akan terbangun dalam beberapa menit kemudian dan tidak ingat apapun tentang terapi.Efek samping dari terapi ECT ini adalah gangguan memori yang menimbulkan kekosongan memori sehingga pasien mengalami gangguan kemampuan untuk menambah informasi baru selama beberapa waktu.

3. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.


KASUS PERILAKU ABNORMAL:

Seorang pejabat Departemen Kesehatan Jepang mengatakan, pihaknya telah menerima laporan 23 kasus obat anti virus yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada anak-anak dibawah usia 10 tahun, sumber-sumber Depkes Jepang melaporkan, Sabtu (24/3).Hal tersebut menimbulkan pertanyaan berkaitan dengan instruksi kementrian tersebut baru-baru ini yang melarang dokter untuk memberikan resep obat anti flu tersebut kepada para remaja.
Namun laporan kasus-kasus tersebut terjadi sekitar 2 tahun dari April 2004 tak ada kasus dimana anak-anak tersebut menjatuhkan diri dari bangunan tinggi seperti pada kalangan usia remaja.
Jumlah anak-anak dibawah usia 10 yang menunjukkan gejala neuropsychiatrik, misalnya halusinasi, depresi, kehilangan kesadaran sejak April 2004 tercatat sembilan orang dan menjadi 14 pada April 2005 hingga akhir tahun yang sama, demikian dikatakan oleh para narasumber.DepKes mengatakan akan mempelajari laporan kasus perubahan perilaku pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan menekankan agar para dokter berhati-hati dalam memberikan resep.
Pabrik farmasi Chugai mengatakan, pihaknya akan berkerja sama dengan DepKes dalam penyelidikan kasus itu.
Narasumber tersebut mengatakan, laporan yang masuk yang diajukan oleh perusahaan obat Chugai Pharmaceutical Co. dua dari kasus pada tahun 2005 adalah kasus berperilaku tidak normal.
Pihak eksportir dan distributor Tamiflu yang dibuat di Swiss melaporkan hal tersebut telah mengajukan laporan kepada perusahaan obat dan badan pengawasan obat.
Badan tersebut kini melakukan pemantauan jumlah kasus sebelum dan sesudah 2006, narasumber tersebut melaporkan.
Dengan adanya kasus-kasus tersebut terlihat titik terang dan meningkatkan kesdaran masyarakat, ditambah dengan dikeluarkannya peringatan dari pihak DepKes dan meralat pernyataan sebelumnya yang hanaya menyorot kasus dampak obat flu pada remaja dengan kisaran umur 10 hingga 19 tahun.
Tamiflu dikenal obat yang berpotensi mengatasi influenza dan pemerintah Jepang telah menyimpan obat tersebut dalam jumlah yang cukup besar untuk berjaga-jaga menghadapi wabah flu unggas.
Berdasarkan dua kasus terakhir pada Februari dan Maret pemerintah Jepang dalam hal ini DepKes mengeluarkan instruksi agar dihentikan pemberian Tamiflu pada anak-anak

perilaku abnormal pada anak

GANGGUAN PERILAKU ABNORMAL PADA ANAK DAN REMAJA


1.      DEFINISI GANGGUAN
Masalah masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak dan remaja merujuk pada usia dan kebudayaan. Dimana perilaku yang dianggap normal pada anak –anak bisa saja tidak normal pada orang dewasa, contohnya malu dan takut pada sesuatu hal. Takut terhadap tempat gelap akan dirasa wajar bila itu yang mengalami pada anak anak namun akan tidak wajar bila itu yang mengalami seseorang yang telah dewasa. Keyakinan keyakinan budaya membantu menentukan apakah orang – orang melihat perilaku tertentu sebagai normal atau abnormal. Orang – orang yang hanya mendasarkan pada normalitas pada standart yang berlaku pada budaya mereka saja akan beresiko menjadi etnocentris ketika mereka memandang tingkah laku orang lain dalam budaya yang berbeda sebagai abnormal. Perilaku abnormal pada anak – anak bergantung pada definisi orang tua mereka yang dipandang dari kacamata budaya tertentu.
Gangguan perkembangan pada masa perkembangan anak dan remaja dapat didefinisikan sebagai

2.      KLASIFIKASI GANGGUAN
a.         Gangguan Perkembangan Pervasif
Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
Gangguan ini terdiri dari :
·           Autisme
Adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadian – kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya respon terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, dan respon yang aneh terhadap lingkungan seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala.
·           Reterdasi Mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
·           Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang dan mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya, seperti :
Ø  Gangguan belajar, ditandai dengan :
ü   Gangguan menulis
Keterbatasan kemampuan menulis sehingga muncul dalam bentuk kesalahan memgeja, kesulitan membentuk kalimat. Muncul pada usia 7 tahun
ü   Gangguan membaca
Keterbatasan kemampuan dalam mengenali dan memahami rangakaian kata –kata. Biasanya tampak pada usia 7 tahun
ü   Gangguan matematika
Keterbatasan kemampuan anak dalam memahami istilah  matematika.
Ø  Gangguan Komunikasi, ditandai dengan :
ü   Gangguan bahasa ekspresif
Keterbatasan  dalam menggunakan bahasa verbal
ü   Gangguan bahasa campuran reseptif atau ekspresif
Keterbatasan anak dalam memahami maupun memproduksi bahasa verbal
ü   Gangguan fonologis
Kesulitan dalam artikulasi suara tanpa adanya kerusakan pada mekanisme berbicara
ü   Gagap
Ganggauan pada kemampuan berbicara lancer dengan waktu yang tepat
b.        Defisit perhatian dan gangguan perilaku disruptif
·           ADHD ( Atttention deficit hyperactivity disorder)
Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian yang rendah,(sulit berkonsentrasi) impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di sekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
·           Conduct Disorder (CD )
Adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua tidak mengajarkan perilaku benar dan salah pada anak. Ciri - cirinya, apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya, menunjukkan unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
·           Oppositional defiant disorder ( ODD )
Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku.
c.         Kecemasan dan Depresi
Gangguan kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif, gangguan kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, yang memiliki gejala seperti pada orang dewasa. Gangguan kecemasan akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya seperti orang tua, saudara,dll. Gejalanya antara lain berupa mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah saat mengantisipasi perpisahan.gangguan kecemasan ini dapat berlanjut hingga depresi.  Depresi pada anak – anak dan remaja tidaklah berbeda dengan orang dewasa, mereka memiliki perasaan tidak berdaya,kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri. Namun  depresi pada anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri – ciri depresi pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak mau pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang lebih serius pada masa dewasa. 
d.        Gangguan Eliminisi
Adalah gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai usia normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu:
·           Enuresis
Adalah dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari kerusakan neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya dangan mengompol.
·           Enkopresis
Ketidakmampuan mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik.
3.      PENYEBAB GANGGUAN
Belum ada penyebab tunggal pada gangguan perkembangan anak dan remaja. Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks yang menjadi penyebab gangguan perkembangan anak dan remaja.

1. Faktor-faktor psikobiologik.
Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :
·           Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas atau kecemasan.
·           Struktur otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
·           Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu, kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan perkembangan saraf yang abnormal yang  berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan yang sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
·           Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
2. Dinamika keluarga.
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut :
·         Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
·         Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua. Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja.
3. Faktor lingkungan.
Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi penyebab utama pula, seperti :
·         Kemiskinan.
Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
·         Tunawisma.
Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
·         Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
4.      PENANGANAN
Beberapa terapi atau perawatan gangguan perkembangan anak dan remaja antara lain:
a)         Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak terdapat pada managed care.
Yaitu dengan cara-cara yaitu :
·       Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program penanganan dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
·       Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
·       Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan metode koping.
·       Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga. Penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi dari semua anggota keluarga.
b)        Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.
·       Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
·       Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.
c)         Farmakoterapi.
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam. Pemberian metode ini berdasarkan :
a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik. 
b. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat mempengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik.

Oedipus Compex

ciri-ciri pria yang menderitanya adalah selalu tertarik dengan wanita yang lebih tua dan seumur ibunya. Misalnya, jika Anda berusia 30 tahun dan mencintai seorang wanita yang berusia 35 tahun, itu masih normal. Tapi jika Anda mencintai seorang wanita yang sudah berusia sekitar 50 tahun, mungkin Anda terkena sindrom tersebut.
Oedipus kompleks terjadi karena faktor kejiwaan, misalnya terlalu dekat atau terlalu dilindungi oleh ibu. Mengenai beberapa pertanyaan mengapa banyak pria menyukai seorang wanita yang usianya lebih tua, baik pada kasus oedipus kompleks atau bukan, Dr. Donardi menyebutkan, “Biasanya si pria adalah seseorang yang memiliki tipe yang selalu bergantung pada orang lain (termasuk dalam materi), tidak bisa mengambil keputusan sendiri, senang dimanja, dan disayang.” Tapi untuk 3 ciri terakhir, rasanya semua pria mengidap penyakit ini. (www.solusisehat.net)
Tapi sebenarnya bukan masalah gangguan jiwa atau trend semata, tapi ini lebih ke masalah perasaan akan rasa cinta kepada lawan jenis nya. Apalagi ini jaman modern bukan lagi jaman siti nurbaya atau mungkin jaman siti zubaidah yang harus mencintai berdasarkan umur di mana si wanita harus lebih muda daripada umur di pria.
Rasanya terlalu naif dan kolot kalau berpikir pria harus suka, cinta atau bahkan menikahi seorang wanita yang umurnya lebih mudah. Tapi bisa juga sebaliknya kan, pria bahkan bisa suka, cinta atau bahkan menikahi seorang wanita yang umurnya lebih banyak dari pada si pria nya.
Jadi ini bukan masalah gangguan jiwa atau trend, tapi lebih kemasalah suatu situasi, keadaan dan perasaan. Dimana situasi yang sering bertemu, keadaan yang sangat memungkinkan sehingga timbul rasa suka, sayang bahkan menjadi rasa cinta.
Yang menjadi pertanyaan sebenarnya adalah apakah si wanita mau menerima si pria yang umurnya lebih muda dari pada si wanita?
Kebanyakan wanita akan menjawab, “yang pasti aq mau menerima mu tapi hanya sebatas sebagai adik atau sebagai my best partner”.
Yang lebih celaka lagi kalau si wanita yang gak punya perasaan akan menjawab, “masak aq suka ama brondong!! apa kata orang-orang nanti apalagi kata keluarga besar”.
Dan yang lebih utama lagi adakah rasa sayang dan cinta di dalam hati si wanita?.
Bukan kah kalo memang saling mencintai, semua perbedaan itu akan hilang dengan sendirinya
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka fikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. (Khahlil Gibran)