Minggu, 13 Januari 2013

Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor Lain yang Juga Mempengaruhi Laju Reaksi

Pada pokok bahasan laju reaksi pelajaran kimia di sma faktor yang mempengaruhi laju reaksi kebanyakan yang dibahas hanya ada lima, yaitu konsentrasi pereaksi, tekanan, temperatur, dan adanya katalis serta luas permukaan zat pereaksi jika ia dalam bentuk padatan. Kelima faktor itu di buku-buku sudah bisa dipahami siswa dengan mudah. Jadi saya tidak membahas kelima faktor itu lagi.
Sesungguhnya tidak hanya 5 faktor itu saja yang mempengaruhi laju reaksi, tetapi masih ada beberapa lagi, tapi jarang dibahas atau mungkin tidak pernah disinggung. Mungkin karena alasan menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada pelajaran kimia sma. Apa sajakah faktor yang lain itu?
Berikut bahasan yang saya sarikan dari sini. Menurut bahasan di situs ini setidaknya masih ada 4 faktor lagi selain yang lima itu yaitu:
1. Sifat pereaksi.
Laju reaksi tergantung pada sifat ikatan pada pereaksi. Biasanya senyawa ion bereaksi lebih cepat dibandingkan senyawa kovalen
Reaksi-reaksi antara senyawa-senyawa ionik dalam air terjadi sangat cepat yang hanya melibatkan pertukaran ion-ion, ia terurai dalam larutan berair selama pelarutannya.
Misalnya: AgCl mengendap secara cepat begitu larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan  NaCl.
AgNO3 (aq) + NaCl(aq) → AgCl(s)↓ + NaNO3 (aq)
Reaksi ini hanya melibatkan pertukaran ion-ion sebagaimana yang ditunjukkan pada reaksi di bawah ini dan itu terjadi sangat cepat.
Ag+(aq)  + NO3(aq)  + Na+(aq)  + Cl-(aq)  → AgCl(s) ↓ + Na+(aq)  + NO3(aq)
Sebaliknya, reaksi antara senyawa-senyawa kovalen berlangsung dengan lambat karena mereka memerlukan energi untuk memutus ikatan-ikatan kovalen yang ada.
Misalnya, reaksi esterifikasi antara asam asetat terjadi dengan lambat karena pemutusan ikatan-ikatan itu memerlukan energi.

2. Orientasi Spesies dalam Reaksi
Reaksi antara pereaksi-pereaksi terjadi hanya ketika mereka bertabrakan (bertumbukan) dengan orientasi yang benar (arah yang tepat) dalam ruang-nya. Kemungkinan terbesar tumbukan  antara pereaksi-pereaksi dengan orientasi yang tepat akan memiliki laju reaksi yang lebih besar.
Orientasi molekul mempengaruhi faktor probabilitas, p. Molekul yang sederhana memiliki lebih banyak cara berorientasi yang tepat untuk bertumbukan. Oleh karena itu faktor probabilitasnya lebih tinggi dibandingkan molekul yang kompleks.
Faktor orientasi juga mempengaruhi interaksi antara pereaksi dan katalis. Contoh dalam kasus reaksi secara biologi, yang menggunakan katalis enzim (biokatalis). Enzim mengaktikan situs (tempat) khusus untuk molekul-molekul pereaksi (substrat). Tempat ini disebut situs aktif dan memiliki bentuk dan ukuran tertentu.

Ukuran, stereokimia dan orientasi substrat harus dapat dipasangkan pada situs aktif dari enzim. Dengan hanya begitulah maka reaksi akan berlangsung. Ini juga dikenal dengan mekanisme “lock and key”.
Enzim akan kehilangan aktivitas pada pemanasan atau perubahan pH atau penambahan reagen kimia tertentu. Ini disebabkan oleh deformasi konfigurasi situs aktif.
3. Intensitas Cahaya
Laju reaksi fotokimia, yang terjadi dengan adanya cahaya, meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya yang sesuai yang digunakan. Dengan meningkatnya intensitas cahaya, jumlah foton dalam cahaya juga bertambah. Karenanya lebih banyak molekul pereaksi memperoleh energi dengan penyerapan jumlah foton lebih banyak dan terjadilah reaksi kimia itu.
Misalnya, laju fotosintesis meningkat pada hari yang lebih terang.
Namun, beberapa reaksi fotokimia yang melibatkan radikal bebas, yang dihasilkan dalam proses berantai, tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Hanya satu foton saja cukup untuk memicu pembentukan radikal bebas. Hal ini hanyalah sebuah awalan proses berantai di mana radikal bebas akan lebih banyak terbentuk terus menerus di setiap siklus tanpa perlu foton tambahan.
4. Sifat Pelarut
Pelarut  mungkin mempengaruhi laju reaksi dalam beberapa cara dan dijelaskan sebagai berikut:
Pelarut digunakan untuk melarutkan pereaksi, sementara itu ia membantu memberikan permukaan yang lebih interaktif antara molekul-molekul pereaksi yang mungkin, sebaliknya pada fase berbeda atau pada fase padat ia lebih terikat kuat.
Biasanya pelarut membantu dalam pemutusan gaya kohesif antara ion-ion atau molekul-molekul pada keadaan padat. Molekul polar cenderung untuk larut dalam pelarut polar dengan konstanta dielektrik lebih banyak dan bereaksi lebih cepat di dalamnya. Sedangkan molekul non polar lebih suka pada pelarut non polar.
Dalam hal reaksi difusi terkendali, viskositas memainkan peranan yang penting. Laju reaksi berkurang dengan meningkatnya viskositas dari pelarut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar